Profil Desa Gerduren

Ketahui informasi secara rinci Desa Gerduren mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Gerduren

Tentang Kami

Desa Gerduren di Purwojati, Banyumas, merupakan desa wisata berbasis budaya dan alam. Dikenal dengan Kesenian Lengger yang melegenda dan wisata religi Makam Ragantali, desa ini aktif mengembangkan potensi ekonomi melalui pengelolaan hutan dan produk lokal

  • Pusat Pelestarian Budaya

    Desa Gerduren merupakan benteng utama bagi Kesenian Lengger, sebuah tarian tradisional Banyumasan yang kaya akan nilai sejarah dan spiritual, lengkap dengan tradisi "Wisuda Lengger" yang masih dilestarikan.

  • Destinasi Wisata Alam dan Religi

    Desa ini secara resmi diakui sebagai Desa Wisata yang menawarkan paket wisata lengkap, mulai dari wisata religi di Makam Mbah Ragantali hingga wisata minat khusus seperti area perkemahan di tengah alam yang asri.

  • Pengembangan Ekonomi Berbasis Komunitas

    Masyarakatnya secara proaktif terlibat dalam pengembangan ekonomi lokal, terutama melalui pengelolaan hutan untuk ekowisata dan pengolahan hasil pertanian, yang menunjukkan kemandirian dan visi pembangunan berkelanjutan.

Pasang Disini

Terletak di antara perbukitan yang subur di Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Desa Gerduren menjelma menjadi sebuah wilayah yang dinamis, memadukan kekayaan tradisi, potensi alam dan semangat gotong royong warganya. Dengan luas wilayah mencapai 5,98 kilometer persegi, desa ini menjadi rumah bagi 5.100 jiwa (berdasarkan data akhir tahun 2024), menciptakan kepadatan penduduk sekitar 853 jiwa per kilometer persegi. Jauh dari citra desa yang terisolasi, Gerduren secara aktif mengembangkan aset-asetnya, terutama di sektor pariwisata dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan warisan leluhur.

Keberadaannya yang strategis, berjarak kurang lebih 28 kilometer dari pusat kota Purwokerto, menjadikan Gerduren sebagai salah satu destinasi potensial di wilayah Banyumas bagian barat. Desa ini tidak hanya menawarkan keindahan lanskap pedesaan yang khas, tetapi juga menyimpan denyut nadi kebudayaan Jawa yang kental, menjadikannya subjek yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Bambang Suharso, pemerintah desa bersama masyarakat terus bersinergi merumuskan dan melaksanakan program-program pembangunan yang berbasis pada kearifan lokal.

Sejarah dan Peta Wilayah

Desa Gerduren secara administratif merupakan salah satu dari sepuluh desa di Kecamatan Purwojati. Secara geografis, desa ini terletak pada koordinat 7°30′41″S 109°5′23″E. Wilayahnya yang didominasi oleh perbukitan dan lahan pertanian menjadi fondasi utama bagi kehidupan agraris masyarakatnya. Batas-batas wilayah Desa Gerduren bersinggungan langsung dengan desa-desa lain di dalam kecamatan, menjadikannya bagian integral dari tatanan sosial dan ekonomi Purwojati.

Pemerintahan desa, yang berpusat di balai desa, menjadi motor penggerak administrasi dan pembangunan. Struktur pemerintahannya terdiri dari Kepala Desa yang dibantu oleh Sekretaris Desa, Zubad Ismail, beserta jajaran kepala urusan (Kaur) dan kepala seksi (Kasi) yang membidangi masing-masing tugasnya, mulai dari perencanaan, keuangan, hingga pelayanan masyarakat. Untuk memastikan jangkauan pelayanan yang merata, wilayah desa dibagi ke dalam tiga dusun, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun (Kadus).

Peta sosial dan demografis Desa Gerduren menunjukkan komposisi penduduk yang heterogen dari sisi usia. Data beberapa tahun terakhir mencatat populasi usia produktif (20-49 tahun) sebagai kelompok terbesar, yang menjadi modal penting bagi pembangunan desa. Tingkat pendidikan masyarakatnya pun terus menunjukkan tren positif, dengan sebagian besar penduduk telah menamatkan pendidikan hingga jenjang SMA/sederajat.

Potensi Ekonomi dan Pariwisata

Denyut perekonomian Desa Gerduren ditopang oleh beberapa sektor kunci, yakni pertanian, kehutanan dan pariwisata yang mulai menggeliat. Sebagai desa agraris, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, mengandalkan lahan sawah dan perkebunan untuk menanam padi, singkong, dan komoditas lainnya. Potensi ini terus dikembangkan melalui berbagai program pemberdayaan, termasuk inisiatif para perempuan di desa untuk mengolah hasil tani menjadi produk bernilai tambah, seperti keripik singkong.

Salah satu terobosan signifikan yang dilakukan oleh warga Gerduren ialah upaya dalam pengelolaan hutan. Bekerja sama dengan pemangku kepentingan, masyarakat mengadvokasikan skema perhutanan sosial. Langkah ini bertujuan agar warga memiliki hak kelola atas hutan di sekitar desa. "Dengan membuka wisata di hutan, warga belajar bagaimana memanfaatkan aset hutan tanpa harus merusaknya. Karena kalau hutannya rusak, tentu wisatanya tidak akan laku. Inilah pentingnya keberlanjutan," ungkap seorang pegiat lokal dalam sebuah wawancara dengan Mongabay Indonesia. Konsep ini melahirkan inisiatif wisata di Gunung Pertapan, di mana warga secara mandiri mulai memetakan wilayah dan potensi yang ada.

Status Gerduren sebagai "Desa Wisata" yang disematkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas bukanlah tanpa alasan. Desa ini memiliki daya tarik yang beragam:

  • Wisata Religi Ragantali: Merupakan destinasi utama, yakni sebuah kompleks pemakaman yang dihormati, makam Mbah Ragantali. Lokasinya yang asri, dikelilingi pepohonan rindang, memberikan pengalaman spiritual sekaligus wisata alam bagi para pengunjung.
  • Area Perkemahan dan Outbound: Memanfaatkan kontur alamnya, Gerduren menyediakan area khusus untuk kegiatan perkemahan dan outbound, menyasar segmen wisatawan minat khusus, komunitas, dan pelajar.
  • Akomodasi Lokal: Untuk menunjang sektor pariwisatanya, beberapa warga telah menyediakan homestay sebagai tempat singgah bagi wisatawan, memberikan pengalaman otentik kehidupan pedesaan.

Pengembangan ini didukung oleh infrastruktur yang terus dibenahi, seperti program peningkatan kualitas jalan yang menghubungkan Gerduren dengan desa-desa tetangga, misalnya ruas Gerduren - Karangtalun Kidul.

Kekayaan Budaya: Tari Lengger sebagai Ikon Desa

Jika ada satu hal yang menjadi jiwa dan identitas Desa Gerduren, maka itu ialah Kesenian Lengger. Kesenian tari tradisional ini telah mendarah daging dan diyakini telah berkembang di Gerduren sejak sekitar tahun 1820-an. Lengger Gerduren bukan sekadar tarian, melainkan sebuah warisan budaya adiluhung yang sarat akan nilai-nilai filosofis dan spiritual.

Sejarah mencatat, tarian Lengger pada mulanya merupakan bagian dari ritual agraris masyarakat penganut kepercayaan Hindu-Buddha sebagai ungkapan rasa syukur kepada Dewi Sri (dewi kesuburan) setelah masa panen. Tarian ini memiliki akar dari pemujaan terhadap Dewi Durga dalam sekte Cakta Tantrayana. Seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh Islam, Lengger mengalami akulturasi dan transformasi makna, namun esensi spiritualnya tetap terjaga di kalangan para senimannya.

Di Desa Gerduren, keberadaan Lengger dijaga melalui berbagai ritual dan tradisi, salah satunya ialah "Wisuda Lengger". Prosesi ini merupakan upacara pelantikan sakral bagi seorang calon penari sebelum ia diizinkan untuk mementaskan tarian ini secara publik. Tradisi ini menunjukkan betapa luhurnya posisi kesenian Lengger dalam tatanan sosial-budaya masyarakat Gerduren. Komunitas Lengger di desa ini meyakini adanya "Indang" atau roh pelindung yang menjaga kelestarian tarian mereka, sebuah kepercayaan yang diwariskan turun-temurun.

Pemerintah desa dan komunitas budaya setempat terus berupaya agar Lengger Gerduren tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan dikenal luas, menjadikannya sebagai atraksi budaya unggulan yang dapat menarik wisatawan sekaligus menjadi media edukasi bagi generasi muda.

Pembangunan dan Visi Masa Depan

Desa Gerduren berdiri di persimpangan antara tradisi dan modernitas. Tantangan yang dihadapi tidak sedikit, mulai dari kebutuhan peningkatan infrastruktur yang lebih merata hingga pengembangan sumber daya manusia agar mampu bersaing di era digital. Namun dengan fondasi sosial yang kuat dan potensi yang jelas, desa ini memiliki prospek yang cerah.

Visi pembangunan Desa Gerduren ke depan tampaknya akan terus berfokus pada penguatan sektor pariwisata berbasis komunitas (community-based tourism). Pendekatan ini memastikan bahwa manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam dan budaya.

Dukungan dari pemerintah kabupaten, sinergi antara lembaga desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang diketuai oleh Suyanto, dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Dengan terus menggali dan mempromosikan keunikannya, Desa Gerduren tidak hanya akan menjadi sekadar nama di peta Kabupaten Banyumas, tetapi juga sebuah destinasi yang menawarkan pengalaman mendalam tentang kehidupan, alam, dan budaya Jawa yang otentik.